Sabtu, 03 Januari 2015

Kok Cuma bisa Masturbasi




Terpaksa Mastrub
Kasus:
“Saya wanita 30 tahun, bersuami sejak empat tahun yang lalu, kini mempunyai anak satu. Saat ini suami tengah mendapat tugas belajar tiga tahun di Inggris. Sekarang sudah berjalan satu tahun. Saya sendiri tidak mungkin meninggalkan pekerjaan, sehingga memilih tidak ikut ke sana. Sebagai manusia normal, cukup sering saya merasa ingin melakukan hubungan seks. Kalau ada suami, biasanya kami melakukan hubungan intim 2-3 kali seminggu. Masalahnya, bagaimana kami harus mengatasi kebutuhan seks? Kini setelah suami pergi, terus terang saja kadang-kadang saya melakukan masturbasi bila keinginan seks saya kuat. Suami juga mengaku melakukan masturbasi. Pertanyaan saya, apa akibatnya jika seseorang terbiasa dengan masturbasi? Mungkinkah masturbasi mengakibatkan enggan berhubungan dengan pasangan kita?”

Jawab:
Solusi Aman
  • Masalah Anda juga dialami oleh pasangan lain yang terpaksa harus berpisah karena tugas tertentu. Dalam keadaan seperti ini, kalau dapat mengontrol dorongan seksual, tentu baik.
Cara yang populer untuk menekan dorongan seksual ialah dengan menenggelamkan diri dalam berbagai aktivitas fisik dan mental. Dengan demikian, dorongan seksual dapat ditekan, sehingga kebutuhan seksual tidak terasa dan tak mendesak harus dipenuhi.
Namun, ternyata tidak semua orang dapat menekan dorongan seksualnya, apalagi kalau sebelumnya mempunyai pengalaman seksual yang menyenangkan. Dalam keadaan terpaksa, masturbasi mungkin dapat digunakan sebagai jalan keluar yang tanpa risiko.
Dibandingkan melakukan hubungan seksual dengan orang lain yang mungkin berisiko, masturbasi tentu lebih merupakan pilihan. Meski begitu, sebagian orang memilih melakukan hubungan seksual dengan orang lain, tentu dengan segala risikonya.
Kalau mereka tidak mau melakukan masturbasi, salah satu alasannya ialah karena dengan melakukan masturbasi, hanya orgasme semata-mata yang dapat dicapai. Dengan masturbasi, hampir pasti kepuasan seksual tidak dirasakan karena tidak ada keterlibatan emosi.
Secara fisik, sebenarnya masturbasi tidak menimbulkan akibat apa pun. Tidak benar masturbasi dapat menimbulkan berbagai akibat buruk, seperti penyakit tertentu. Tidak juga mengakibatkan orang menjadi tidak suka berhubungan seksual lagi.
Masalahnya, masturbasi lebih banyak bersifat fisik, tanpa keterlibatan emosi karena dilakukan sendiri. Karena itu, sebenarnya masturbasi tidak dapat menggantikan hubungan seksual. Masturbasi dilakukan hanya dalam keadaan terpaksa, ketika aktivitas seksual dan hubungan seksual tidak dapat dilakukan.
Sebaliknya, saling masturbasi yang dilakukan dengan pasangan terasa lebih melibatkan emosi dan sebagai suatu variasi aktivitas seksual sebelum melakukan hubungan seksual. Karena dilakukan bersama pasangan, yang berarti melibatkan emosi, saling masturbasi (mutual masturbation) juga dapat memberikan kepuasan seksual, tidak hanya sekadar orgasme.